Rabu, 13 Juli 2011

Reformasi PSSI

Ya, setelah spekulasi lama, PSSI sudah menemukan Ketua Umum. Bapak Dhohar Arifin Husein yang merupakan eks Pemain PSMS Medan. Gembiranya saya setelah akhirnya PSSI dikomando oleh eks pemain Indonesia. Tetapi, bukan Bapak Djohar Arifin Husein yang saya ingin sorot kali ini tetapi langkah pertama oleh Ketua Umum yang baru dalam merubah dan menjalankan 'reformasi' PSSI.
Setelah rapat, PSSI baru melakukan keputusan yang cukup mengejutkan yaitu memecat Alfred Reidl. Ya, pelatih yang membawa timnas kita menjadi runner-up piala AFF Desember silam dipecat. Desas desusnya, Reidl dipecat karena kontraknya di tanggung oleh pak Nirwan Bakrie. Ini saya rasa merupakan langkah pertama dalam membuang aroma politis di dalam badan PSSI dan juga sepakbola tanah air kita sendiri. Saya sendiri tidak keberatan dalam pendepakan Alfred. Secara pribadi, saya kurang menyukai cara Alfred meladeni timnas kita. Alfred adalah tipe pelatih yang berkepala dingin tetapi saya aggap terlalu dingin. Hal positif tentang Alfred adalah, dia membangun disiplin di dalam tim yang secara otomatis membangun respek terhadap pelatih yang membantu performa timnas namun, saya kurang menyukai kinerja Alfred di lapangan. Kunci kesuksesan timnas pada AFF silam adalah menggunakan taktik yang baru dan membuat oposisi kaget dengan cara bermain timnas Indonesia namun dalam kreatifitas, Alfred cukup kagok. Seperti pertandingan melawan Malaysia, sudah tertinggal namun cara bermain timnas kita tetap sama. Pemain cadangan yang dimainkan itu-itu saja dan tidak menggambil resiko dalam mengotak-atik taktik jadi membangun kejutan dan membuka kans dalam mengimbangkan kedudukan ataupun memenangkan pertandingan. Secara kesulurhan gaya pelatihan Alfred Reidl mudah terbaca dan akan berjaya hanya sekali.
Walau tidak keberatan atas Alfred Reidl yang di depak, jika dilihat waktunya ia didepak, saya seidkit keberatan. Pelatnas direncanakan dimulai tanggal 14 Juli dan setinggal Alfred, kita harus menunda perkembangan timnas. Jikapun sang pengganti langsung melatih, butuh waktu untuk para pemain untuk beradaptasi dengan cara kepelatihan yang baru. Belumpun pilihan pemain Timnas senior sudah dipilih oleh Alfred Reidl. Bukan masalah Timnas harus cepat dibangun, tetapi Timnas harus terbang ke Turkmenistan dalam melakoni laga Pra Piala Dunia 2014 yang direncanakan bertanding pada 23 dan 28 Juli mendatang. Kita harap perkembangan timnas akan berlanjut dengan lancar.

Secara instan, PSSI sudah menyiapkan pengganti yaitu seorang Wim Rijsbergen. Pelatih yang sudah tidak asing dengan sepak bola indonesia karena telah melatih PSM Makasar di LPI. Wim sendiri mempunyai segudang pengalaman denganya. Dia pernah melatih youth team Ajax Amsterdam pada tahun 86. Namun highlight karirnya adalah sewaktu ia menjadi asisten pelatih timnas Trinidad & Tobago yang mempunyai pemain berkualitas seperti Kenwayne Jones yang bersinar bersama Stoke City di liga Inggris. Namun, karir Wim tidak mulus, ia pernah disuspen oleh federasi sepak bola Trinidad & Tobago. Kita harap ini tidak akan terjadi dalam menangani timnas merah putih kita. Sebagai pengamat ISL, saya kurang menyukai mengamat LPI karena itu, kinerja Wim kurang bisa saya asah. Dengan waktu yang minim saya harap Wim adalah 'the right man' dalam masa sulit sewaktu perubahan timnas harus dikebut. Karena persiapan minim, pelatih timnas u-23 Rahmad Darmawan di tugaskan sebagai asisten pelatih timnas senior. Nama Rahmad Darmawan merupakan salah satu pelatih lokal terbaik. Rahmad sendiri mungkin bukan pelatih yang paling cerdas namun di mengetahui apa saja yang dibutuhkan sebuah tim untuk memenangkan pertandingan. Ia juga dekat dengan para pemain. Duet Wim dan RD saya rasa cukup menjanjikan namun seperti tim bisasa, butuh waktu untuk berbaur antara pelatih, pemain dan staff timnas lainya. Karena itu, Djohar Arifin tidak memberi target pada laga melawan Turkmenistan 23 Juli mendatang melihat persiapan timnas yang minim. Tapi itu tidak berarti tidak tampil maksimal timnas kita. Timnas harus bermain 110% pada semua pertandingan. Yang kita para supporter timnas garuda bisa lakukan adalah menyoraki dan mendoakan timnas kebanggaan kita.


Selain Alfred yang didepak, Iman Arif sang direktur teknis BTN dan manager timnas juga didepak. Spekulasi mengapa Iman dipecat saya rasa karena keberadaanya pada badan timnas beraroma politik. Walau begitu, Iman adalah orang yang membangun perubahan signifikan yang positif pada era Nurdin Halid. Pada salah satu majalah sepakbola edisi Indonesia, Iman mengatakan bahwa sewaktu pertama bekerja di BTN, tidak ada program pembinaan, program dan rencana jangka panjang apalagi struktur kompetisi u-21 dan u-16 tidak ada. Karena itu, Iman harus bermulai dari nol. Karena itu, hal yang dilakukan Iman sendiri cukup revolusioner. Jika dilihat perkembangan sepakbola tanah air walau belum di kelas premium cukup pesat. Iman pun bertanggung jawab atas program naturalisasi Irfan Bachdim, Sergio Van Djik, Kim Kurniawan, Christan 'El Loco' Gonzales dan beberapa pemain naturalisasi lainya. Jika dihitung-hitung pendepakan Iman cukup merugikan timnas. Nama penggantinya adalah Ferry Kodrat. Saya harap nama seorang Ferry Kodrat bisa melapisi ataupun melampaui perstasi yang telah dibangun oleh Iman.


Tanda refolusi PSSI di tangan baru sudah terlihat namun PSSI pun harus mengathui kondisi timnas sendiri. Sewaktu timnas membutuhkan kepelatihan intensif, langkah ini kurang saya sukai karena yang mereka PSSI lakukan tidak mementingkan performa timnas tetapi mementingkan PSSI sendiri. Yang seharusnya direktur timnas lakukan adalah memberi sumber daya yang diperlukan timnas yaitu pelatih, staff dan pemain yang berkualitas dan membiarkan sumber daya tersebut bekerja dengan semaksimal mungkin bedasarkan hanya satu hal yaitu kepercayaan. Intervensi PSSi harus diminamilisir dan PSSI harus bertindak dengan pintar dan harus lebih sabar. Gonta-ganti pelatih mungkin bisa merubah keadaan tapi tidak ada salahnya dalam membiarkan pelatih dan pemain berbaur lebih lama dan tunggu saja hasilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar